A New Kid on the Block

Hari Selasa (02/04) kemarin saya pulang sedikit telat dari kantor. Sampai rumah berbarengan dengan azan Maghrib berkumandang. Ketika dibukakan pintu tante saya langsung menyampaikan berita. Beliau bilang kucing putih yang kemarin pernah nyasar ke rumah sekarang datang lagi. Saya segera menemui kucing putih tersebut. Langsung saya elus-elus dan ajak ngobrol.

Ini sudah kedua kalinya dia main ke rumah saya. Waktu pertama kali dia ke rumah, kami semua senang sekali, terutama Salwa, keponakan saya. Dia sangat manja. Dia mendatangi semua orang untuk minta dielus-elus. Salwa, yang memang sudah lama sekali ingin punya kucing manja (FYI, Bubu dan Miko nggak ada manjanya sama sekali), seketika jatuh hati sama si kucing. Kami semua berharap tidak ada yang datang mencari dia jadi kami bisa pelihara kan. Hihi.

Sayangnya, waktu itu ada yang mencari si kucing. Awalnya kami tidak tahu dia milik siapa. Ternyata dia milik tetangga saya. Rumahnya hanya berjarak tiga rumah. Salwa sedih sekali begitu si kucing diambil.

Nah, kemarin itu tidak ada yang mencari dia. Saya bilang sama tante saya besok pagi saja kami antar ke yang punya. Kan besok libur juga jadi saya bisa ikut mengantarkan si kucing.

Keesokan paginya kami langsung ke rumah tetangga. Begitu ketemu dengan mbak tetangga beliau bilang memang beliau sudah ada rencana mau melepas kucingnya itu. Karena beliau merasa tidak sanggup untuk mengurusnya. Beliau jarang di rumah. Jadi kan kasihan kucing-kucingnya kalau sampai tidak terawat. Kemudian, Mbak Tetangga bilang, "Kalau Mbak mau pelihara Moli (nama kucing putih jantan tersebut), asal dipelihara sungguh-sungguh, nggak apa-apa Mbak adopsi. Ambil saja."

Kebetulan sekali beberapa hari sebelumnya Mama sempat bilang ke saya kalau beliau mau kucing lagi, tapi Mama maunya kucing yang besar dan gagah seperti Miko. Sementara Salwa masih sedih karena gagal mengadopsi kucing hitam yang manja dari klinik dokter hewan. Apa ini yang namanya rejeki ya? Alhamdulillah kalau memang iya. Dengan senang hati saya menerima Moli, yang kemudian saya ganti namanya menjadi Bruno. Mama dan Salwa pasti senang sekali. Oh iya, kata Mbak Tetangga, usia Bruno sekitar satu tahun lebih sedikit. 




Hari itu juga saya bawa Bruno ke dokter hewan langganan. Sebelum resmi diadopsi Bruno harus dicek dulu kesehatannya. Kan takutnya dia sakit atau bagaimana. Khawatir dong nanti dia menulari Bubu dan Miko. Meski yah kalau dilihat secara kasatmata Bruno memang tampak tidak terawat. Dia kotor, terutama di bagian buntutnya, seperti Miko kemarin. Saya curiga ada jamur tumbuh di buntut Bruno. Bulunya rontok cukup parah. Belum lagi dia bau sekali. Entahlah sudah berapa lama dia tidak dimandikan. Badannya juga kecil.

Dokternya berasa amazed melihat Bruno. Saya jadi curiga jangan-jangan dokternya dalam hati ngomong ini si Mbak Kimi demen amat ya mengangkut kucing-kucing bermasalah. Miko dan Sisi dulu begitu juga. Tidak terawat. Mereka kutuan dan jamuran. Selain itu, tampaknya Pak Dokter juga amazed begitu tahu saya mendapatkan Bruno secara gratis. Bruno kan kucing mahal. Kalau kata Mama saya, sih, kucing bule.

Dokter menyuntikkan vitamin, obat anti jamur, obat cacing, dan obat kutu juga. Dokter juga berpesan seminggu yang akan datang (which is Rabu besok) jangan lupa bawa Bruno lagi ke sana untuk divaksin. Siap, Pak Dokter!

Nah, Bruno, semoga kamu betah dan bahagia bersama kami keluarga barumu. Cepetan dong akur sama Bubu dan Miko. Semoga kamu cepat sembuh dari jamurmu ya. Dan semoga kamu selalu sehat. Insya Allah kami akan merawatmu dengan baik dan sepenuh hati.

2 comments

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.