Keinginan keluar dari Lampung semakin menggebu-gebu di bangku SMA. Saya sudah tahu tamat sekolah saya mau ke mana. Saya mau kuliah di seberang pulau. Angan-angan saya dulu ingin ke Jogjakarta, Malang, Solo, Surabaya, Semarang, Bandung, atau Depok. Terlintas juga ingin ke Bali saja sekalian. Nasib membawa saya ke Depok. Sempat ada drama kabur dari rumah, tetapi toh akhirnya saya bisa selesai juga kuliah di Depok.
Karena beberapa alasan, saya harus pulang kampung setelah lulus kuliah. Kerja pun harus di Bandarlampung. Buyar sudah semua mimpi atau idealisme tinggi. Saatnya kaki menapak bumi dan hidup realistis. Tidak usah muluk-muluk ingin ini itu atau membuat negara jadi lebih baik (haha mimpi banget!), yang penting saya kerja benar dan digaji tepat waktu sehingga saya masih bisa traktir Mama saya makan enak di restoran atau kafe. Sudah, itu saja cukup buat saya.
Tetapi, yah, namanya juga hidup ya ada saja fluktuasinya. Manusia juga selalu berubah. Manusia itu dinamis. Saya yang dulu pasrah saja dan woles sama hidup, di awal-awal tahun ini berubah jadi manusia yang menuntut perubahan. Doa saya ke Tuhan, "Tuhan, saya ingin hidup saya lebih baik dari sekarang. Saya bosan hidup saya begini-begini saja, Tuhan. And I want to be happy. I think I deserve some happiness, God."
Ternyata "hidup begini-begini saja" itu bisa bikin stres. Belum lagi "hidup begini-begini saja" versi saya ada kisah love life yang berantakan, ada beban cukup berat dari peran baru dalam hidup yang saya mainkan, ada amarah yang selalu penuh di dalam dada, ada kebosanan dengan rutinitas hidup dan kerja, ada perasaan rendah diri, insecure, ada... banyak hal lainnya.
Makanya, di dalam tulisan saya yang tentang liburan ke Vietnam saya bilang kalau saya mengambil dua keputusan random. Di sana saya menulis:
Pertama, saya mau ke Vietnam. Kedua, belum bisa saya ceritakan sekarang. Tunggu saja ceritanya ya. Pasti nanti saya akan berbagi di sini kok.
Nah, karena alasan itulah saya menulis postingan ini. Melalui tulisan ini saya ingin memberitahu teman-teman semua apa keputusan yang kedua. Keputusannya adalah saya ingin pindah ke Jakarta.
Di saat saya sedang stres dan galau-galaunya, eh kok ya bisa ada tawaran buat pindah ke Jakarta. Allah memang Maha Baik. Tuhan tahu saya bakal makin terpuruk kalau saya tetap tinggal di Bandarlampung. Saya butuh suasana baru dan tantangan baru.
Begitu tawaran datang tentu saja saya langsung ambil tanpa pikir panjang. Saya segera urus semua berkas untuk pindah. Prosesnya cukup rumit dan butuh waktu cukup panjang. Terhitung sejak Maret 2019 saya mulai mengurus pindahan, semuanya baru kelar di bulan Oktober 2019 kemarin.
time to celebrate the new chapter in my life
gambar dari sini
Per tanggal 24 Oktober 2019 saya mulai bekerja di kantor baru. Sudah lebih dua minggu saya bekerja di sana saya sudah mulai betah. Well, sebenarnya dari hari pertama saya sudah betah sih. Lingkungannya asyik dan teman-temannya juga menyenangkan. Mereka suportif sekali. Mereka sangat terbuka dan tidak sungkan untuk menolong saya yang notabene pegawai baru di sana.
Jadi, demikianlah berita terbaru dari saya. Doakan semoga saya bisa bertahan dan bisa sukses di Jakarta. Juga semoga saya bisa selalu bahagia. Dan, oh, Jakarta, please be nice to me.
Kepada teman-teman saya yang di Jakarta, kapan kita main-main nih?
Gak ada sedih2nya pisah sama aku, ih. 😥
ReplyDeleteBentar lagi aku mau update blog juga ah. Tapi gak tau kapan. Bentar lagi soalnya relatif 🤣
Tentu saja aku sedih lho, Mbak Anggiiii... Dan, buruan dong blognya diupdate. Biar seru ih aku bisa baca lagi tulisan terbarumu di blog.
DeleteWelcome to Jakarta! Kuy Sabtu minggu depan main hehe... Nanti cerita-cerita ya...
ReplyDeleteKuy kita main!
DeleteSemoga jakarta jadi rejeki baru. Dan cerita vietnamnya ditunggu.
ReplyDelete:)
Cerita jalan-jalan Vietnam-nya kan sudah aku tulis, Mas. Link di atas itu tulisanku tentang jalan-jalan ke sana. Ehm, tapi, ini deh aku kasih lagi link-nya: Galau? Ke Vietnam Saja!
Deletewah, kalo sudah pasti kapan ke Jakarta-nya, berkabar, ya!
ReplyDeletehuhuhu... aku sudah balas dari kapan, tapi komennya terhapus. well, anyway, aku sekarang sudah di Jakarta. kapan-kapan main yuk?
Delete