Agresi

*Tulisan ini adalah rangkuman berseri dari buku Social Psychology karangan David G. Myers. Untuk Bab 9 bisa dibaca di sini.
**Tulisan ini cukup panjang. Jika kalian lelah, ada baiknya beristirahat dulu baru nanti dilanjut lagi bacanya.

***

Chapter 10 Aggression: Hurting Others

What is Aggression?

Apakah yang dimaksud dengan agresi?

Aggression: Physical or verbal behavior intended to hurt someone.

Agresi adalah perilaku fisik atau verbal yang dilakukan bertujuan untuk menyakiti seseorang. Terdapat dua jenis agresi, yaitu hostile aggression dan instrumental aggression.


Hostile aggression: Aggression driven by anger and performed as an end in itself. (Also called affective aggression.)


Instrumental aggression: Aggression that is a means to some other end.

Hostile aggression terjadi karena adanya dorongan rasa marah dan dilakukan dengan tujuan akhirnya memang untuk menyerang atau menyakiti. Sementara instrumental aggression adalah agresi yang terjadi bukan sebagai tujuan utama atau bukan untuk menyakiti atau melampiaskan kemarahan.



Sebagian besar terorisme adalah instrumental aggression. Robert Pape (2003) menyimpulkan dari risetnya tentang bom bunuh diri rentang 1980 hingga 2001 hampir semua pelaku bom bunuh diri memiliki a specific secular and strategic goal. Arie Kruglanski and Shira Fishman (2006) menyimpulkan bahwa jarang sekali terorisme dilakukan oleh orang yang memiliki patologis psikologis.

Kebanyakan perang pun merupakan instrumental aggression. Sementara itu, kebanyakan pembunuhan yang terjadi merupakan hostile aggression. Rata-rata terjadinya karena adu argumen, kisah cinta segitiga, atau dari percekcokan karena pengaruh alkohol atau narkoba (Ash, 1999). 

What Are Some Theories of Aggression?

Dalam menganalisa teori agresi, psikolog sosial fokus pada tiga hipotesa, yaitu (1) ada faktor biologis; (2) agresi adalah respon alami dari rasa frustrasi; dan (3) perilaku agresi itu dapat dipelajari.

Aggression as a Biological Phenomenon

Para filsuf telah sejak lama memperdebatkan apakah manusia pada dasarnya makhluk lembut, bijak, dan bahagia; atau makhluk buas, kejam, dan kasar. J.J. Rousseau menyalahkan masyarakat untuk perilaku jahat. Dia tidak menyalahkan sifat manusia untuk perilaku jahat yang terjadi. Rousseau sepakat dengan ide pertama.

Sementara ide kedua bisa kita asosiasikan dengan Thomas Hobbes. Pasti teman-teman semua sudah pernah dengar homo homini lupus yang artinya manusia adalah serigala untuk manusia lainnya. Pernyataan tersebut muncul dalam bukunya yang berjudul De Cive (1651). Jika Rousseau menyalahkan masyarakat atas peristiwa jahat yang terjadi, Hobbes justru memuji masyarakat karena berhasil menahan perilaku jahat (nafsu untuk berbuat jahat) pada manusia.

Instinct Theory and Evolutionary Psychology

Freud berspekulasi bahwa agresi terjadi karena impuls self-destructive. Manusia ada dorongan untuk menyakiti atau menghancurkan diri sendiri. Lorenz, seorang ahli perilaku hewan, berpendapat agresi adalah perilaku adaptif, bukan self-destructive. Meski berbeda pendapat, tetapi keduanya sepakat bahwa agresi merupakan perilaku naluriah. 

Instinctive behavior: An innate, unlearned behavior pattern exhibited by all members of a species.

Perilaku naluriah adalah perilaku bawaan dan tidak perlu dipelajari yang ditunjukkan oleh semua spesies.

Dari sudut pandang Psikologi Evolusi, perilaku agresi merupakan perilaku adaptif. Menurut David Buss dan Todd Shackelford (1997) perilaku ini ditunjukkan oleh distant ancestor kita. Perilaku agresif merupakan salah satu strategi untuk mendapatkan sumber daya, membela diri, mengintimidasi atau menghilangkan pesaing untuk mendapatkan betina, dan mencegah pasangan melakukan selingkuh seksual

Neural Influences

Para peneliti telah menemukan di sistem saraf manusia dan hewan letak perilaku agresif. Ketika ilmuwan mengaktifkan area otak ini, perilaku agresi meningkat; dan ketika tidak diaktifkan, perilaku agresi menurun. Implikasinya, hewan-hewan jinak bisa dibuat marah dan berperilaku menyerang. Sebaliknya, hewan buas bisa dibikin jinak. 

Dengan demikian, dapatkah disimpulkan jika kondisi otak individu bermasalah di bagian prefrontal cortex bisa menimbulkan perilaku agresif yang abnormal? Jawabannya adalah iya, bisa.

Genetic Influences

Faktor keturunan memengaruhi sensitivitas sistem syaraf pada perilaku agresi. Sudah lama menjadi pengetahuan umum kalau hewan bisa dikembangbiakkan untuk menjadi agresif (ingat, anjing pitbull, Saudara-saudara?). 

Biochemical Influences


Blood chemistry also influences neural sensitivity to aggressive stimulation.

Contohnya alkohol, testosteron, dan level serotonin yang rendah. 

Aggression as a Response to Frustration

Frustration-aggression theory: The theory that frustration triggers a readiness to aggress.

Bayangkan ketika kita dalam keadaan lelah, lapar, juga haus setelah melakukan pekerjaan yang berat, kemudian ada hal kecil yang bikin kita kesal. Apa yang akan teman-teman lakukan? Bisa saja kan kalian ngamuk-ngamuk tidak jelas dan melampiaskan kekesalan pada orang yang sedang berada di dekat kita. Itulah yang dimaksud dengan teori frustrasi-agresi ini.


klik gambar untuk memperbesar


Teori klasik frustrasi-agresi ini direvisi oleh Leonard Berkowitz. Dari hasil penelitian, terkadang frustrasi bisa menimbulkan agresi, tetapi terkadang juga tidak menimbulkan agresi. Untuk mudahnya mari kita lihat gambar di bawah ini:


klik gambar untuk memperbesar


Aggression as Learned Social Behavior

The Rewards of Aggression

Perilaku agresi bisa mendapatkan hadiah, misalnya seorang anak kecil yang berperilaku agresif terhadap anak kecil lainnya berhasil mengintimidasi anak kecil tersebut. Dari intimidasi tersebut dia bisa mendapatkan kepuasan, merasa ditakuti, atau bisa menyuruh anak kecil tersebut melakukan apa saja. Contoh lainnya pelaku terorisme mendapatkan kebanggaan jika dari tindakannya dapat menyebabkan ketakutan.

Observational Learning

Albert Bandura (1997) mengajukan teori belajar untuk menjelaskan perilaku agresi. 

Social learning theory: The theory that we learn social behavior by observing and imitating and by being rewarded and punished.

Perilaku agresi dapat dipelajari dengan cara mengobservasi dan menirukan, juga jika diberi hadiah.

Penelitian Bandura yang Bobo doll experiment sangat terkenal. Dilakukan pada tahun 1961 - 1963, tetapi masih dapat menjelaskan fenomena perilaku agresi. Di eksperimen tersebut anak-anak mengikuti perilaku orang dewasa yang memukul, meninju, dan menendang boneka bobo. 

Bandura (1979) percaya kalau setiap harinya kita terpapar dengan berbagai macam jenis bentuk agresi di lingkungan keluarga, budaya, dan media massa.

What Are Some Influences on Aggression?

Pada kondisi seperti apa kita berperilaku agresif? Sub bab ini akan membahas pengaruh spesifik dari agresi, yaitu: aversive incident, arousal, the media, dan the group context.

Aversive Incident

Beberapa jenis dari aversive incident adalah rasa sakit (pain), uncomfortable heat, sebuah serangan (an attack), dan keramaian (overcrowding).

Pain

Rasa sakit meningkatkan perilaku agresi tidak hanya pada hewan percobaan (tikus, hamster, kucing, dan lain-lain), melainkan juga pada manusia. Contoh sederhananya ketika kita tersandung atau ketika kita merasakan sakit kepala. 


But any aversive event, whether a dashed expectation, a personal insult, or physical pain, can incite an emotional outburst. Even the torment of a depressed state increases the likelihood of hostile, aggressive behavior.

Heat

Hasil eksperimen yang dilakukan William Griffitt menunjukkan siswa yang menjawab kuesioner di dalam ruangan dengan suhu normal dengan siswa yang menjawab di dalam ruangan yang suhunya tinggi (lebih dari 90oF). Siswa di kelompok suhu tinggi melaporkan perasaan lebih lelah dan agresif juga mengekspresikan sikap permusuhan terhadap orang asing. 

Attack

Diserang atau dihina oleh orang lain bisa menimbulkan perilaku agresi. Eksperimen yang dilakukan Kennichi Ohbuchi dan Toshihiro Kambara (1985) mengonfirmasi kalau serangan yang disengaja akan melahirkan serangan balasan.

Arousal

Coba bayangkan skenario kalian baru selesai olahraga, entah itu jogging, nge-gym, atau futsal. Kemudian kalian mendapatkan sebuah pesan dari pasangan kalian kalau dia tidak bisa datang di acara kencan kalian karena ada urusan lain. Apa yang akan kalian rasakan? Marah? Dan apakah emosi tersebut akan menjadi berbeda jika kalian mendapatkan kabarnya di saat kalian baru bangun tidur? Hasil eksperimen menunjukkan bahwa arousal feeds emotions. 


A frustrating, hot, or insulting situation heightens arousal. When it does, the arousal, combined with hostile thoughts and feelings, may form a recipe for aggressive behavior.

Elemen dari agresi:


klik gambar untuk memperbesar


Media Influences

Kebanyakan nonton film kekerasan seksual akan meningkatkan kekerasan terhadap wanita yang dilakukan oleh angry men.

klik gambar untuk memperbesar


Pengaruh media ini tidak hanya dari video pornografi, tetapi juga dari televisi dan video games.

klik gambar untuk memperbesar

Group Influences

Kelompok bisa memperkuat reaksi agresif sebagian dikarenakan meleburnya rasa tanggung jawab. Maksudnya, di dalam kelompok yang terdiri lebih dari dua orang akan merasa tanggung jawab bersama atas setiap tindakan sehingga tidak akan terlalu merasa bersalah sehabis berperilaku negatif (menyerang orang lain, terorisme) atas nama kelompok. 

Meleburnya rasa tanggung jawab ini tidak hanya semakin meningkat karena faktor jarak, melainkan juga jika jumlah anggotanya semakin bertambah. Dari analisa yang dilakukan Brian Mullen (1996) pada data 60 lynching dalam kurun waktu 1899 - 1946 semakin bertambah anggotanya, maka akan semakin kejam pembunuhan dan mutilasinya. Contohnya lynching yang dialami Jesse Washington

How Can Aggression Be Reduced?

Kalau ada yang bilang lakukan katarsis, sampai saat ini yang saya ketahui katarsis malah semakin meningkatkan kecenderungan perilaku agresif. Pernah tuh saya nonton video eksperimennya di MindField, cuma season dan episode berapa saya sudah lupa. Ha, ha. Maafkan ya. Dan, tidak cuma dari video tersebut, dari penjabaran di buku ini pun memberikan kesimpulan serupa. 

Kemudian, kalau sebelumnya kita sudah membahas dengan pendekatan social learning menyebabkan perilaku agresi (eksperimen boneka Bobo), maka mungkin tidak jika kita melakukan counter dengan melakukan pendekatan yang sama? Memberikan contoh secara langsung dan memberikan hadiah terkait perilaku nonagresi, mengurangi stimulasi sikap permusuhan (aversive stimulation), dan eliciting reactions incompatible with aggression

Demikianlah rangkuman bab 10. Sangat menarik ya topiknya? Dan, apakah kalian langsung penasaran dengan bab 11 akan membahas apa? Harap sabar menanti ya. Seperti biasa, sampai jumpa di bab berikutnya!

Daftar Pustaka:

Myers, D. G. (2010). Social psychology (10th ed.). New York: McGraw-Hill.

4 comments

  1. Terimakasih ulasan banyak arti dari kata Agresi.
    Nambah wawasan dan pengetahuan setelah membacanya.
    Salam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama, Pak. Senang jika tulisan ini dapat bermanfaat.

      Delete
  2. Saya kok suka yang pandangan Psikologi Evolusi. Jadi, dari situ saya menyimpulkan, agresi dalam kadar tertentu jelas perlu untuk semua makhluk.
    Tanpa "perilaku agresif" dari bapak kita maka ibu kita tidak akan hamil. Tanpa "perilaku agresif" Gadjah Mada untuk memenuhi sumpahnya, Majapahit tidak akan jaya. Kalau dalam sepakbola, Italia dengan strategi bertahan totalpun masih akan melakukan serangan balik untuk mencetak gol...
    Lha ini, saya komen di sini juga sepertinya ada (sedikit) unsur agresif, yang bertujuan tertentu, mungkin tujuan untuk biar kelihatan (sok) pinter, menunjukkan eksistensi diri...
    :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Psikologi Evolusi memang menarik. Btw, jangan khawatir. Saya tidak merasa komenmu itu ada unsur agresif kok. Terima kasih sudah berkomentar di sini ya. :D

      Delete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.