Bekerja Pragmatis

Hampir sepuluh tahun terakhir dalam urusan pekerjaan saya bersikap pragmatis. Tidak ada lagi idealisme. Malah sejak saya bekerja saya tidak pernah punya idealisme. Boro-boro mau inovatif atau kreatif. Saya sudah tidak peduli dengan itu semua. Yang penting buat saya masih digaji rutin, tidak telat gajian, dan gajinya halal.

Untuk urusan pekerjaan, saya seperti robot saja sudah. Rajin datang pagi ke kantor, mengerjakan pekerjaan hari itu atau apapun yang disuruh bos, sorenya pulang. Begitu saja terus bertahun-tahun. Makanya jangan heran kalau di kantor saya tidak berkembang. Begini-begini saja. Jangan heran juga kalau sampai sekarang saya bingung bekerja sesuai dengan kata hati itu seperti apa. Kalau ditanya saya punya passion di bidang atau tentang apa, saya bingung. 


Foto oleh Mizuno K dari Pexels 


Lama-kelamaan saya jenuh juga. Bekerja terus-terusan di bagian yang tidak saya sukai ternyata bikin capek. Saya butuh tantangan baru. Saya ingin saya bisa bekerja di tempat di mana saya bisa lebih bermanfaat buat orang banyak. Saya ingin berkembang dengan bekerja di bidang yang sama sekali baru, tetapi sesuai dengan minat saya.

Minat itu sendiri baru saya sadari belakangan ini. Setelah hasil mengobrol panjang lebar dengan salah satu teman kuliah S1, saya baru menyadari ternyata saya tertarik di isu-isu tertentu, seperti isu perempuan dan gender. Isu-isu ini sama sekali berbeda dari ruang lingkup pekerjaan saya sekarang, yaitu sumber daya manusia. Dan sekarang rasanya saya ingin sekali pindah kerja di tempat baru yang menangani isu perempuan dan gender. 

Entah kapan saya bisa pindah kerja di tempat yang saya inginkan. Entah bisa, entah tidak. Mudah-mudahan saja bisa. Sampai saat itu tiba, saya akan tetap bekerja pragmatis. Saya akan tetap menjadi robot. Doakan, ya, semoga saya kuat. 

2 comments

  1. Kak Kimi, semoga dibukakan jalan untuk mendapatkan pekerjaan yang Kakak inginkan, segeraaa!! Amiiin!!

    ReplyDelete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.