Hidup di San Junipero

Sampai sekarang saya masih takut mati. Barangkali yang membuat saya takut karena saya tidak tahu bakal masuk surga atau neraka. Ketidakpastian ini menjengkelkan. Dan, yah, tentu saja saya takut masuk neraka. Sementara Socrates pernah bilang kalau maut itu ibarat tidur nyenyak yang abadi tanpa terganggu sekalipun oleh mimpi. Seandainya apa yang Socrates bilang itu benar, saya tetap takut mati. Karena mati berarti membuat saya tidak bisa melakukan apa pun lagi. Begitu cintanya ya saya dengan kehidupan dunia. Ckckck. 

Pernah dulu saya sampai mengkhayal ingin jadi makhluk abadi. Menjadi semacam highlander sepertinya menarik. Fisik saya akan selalu muda, kuat, dan sehat. Siapa yang tidak mau coba? Kalau dibilang kehidupan abadi pada akhirnya akan terasa membosankan, ya, mungkin saja. Tetapi, kalau ada kesempatan untuk hidup abadi, kenapa harus ditolak? 

Karena itulah begitu nonton San Junipero, salah satu episode dari musim ketiga Black Mirror, saya tahu saya mau tinggal di San Junipero. Bagi yang belum nonton serialnya, Ross Geller (David Schwimmer) menjelaskan San Junipero seperti ini:





Jadi, intinya San Junipero itu adalah tempat simulated reality buat para lansia berkunjung dan bersenang-senang. Mereka ke sana dalam wujud fisiknya yang masih muda dan sehat. Mereka bisa memilih mau ke era '80-an, '90-an, 2000-an, atau mau ke era yang lain. Bebas saja dan senyamannya mereka. Mereka bisa juga tinggal di sana secara permanen setelah meninggal. Nanti tinggal diunggah saja memori dan pikirannya. 

Di sana nanti bisa party melulu saban malam. Kalau mau "liar", ya monggo. Mau kalem, ya silakan. Bebas kalau cuma mau nongkrong-nongkrong di pub atau klub malam. Cuma mau main gim ala di Timezone juga boleh. Mau duduk di pinggir pantai, bebas-bebas saja. Kalau saya sih, ya tidak jauh-jauh dari baca dan nonton. Ditambah dengan menulis. Saya sudah bisa membayangkan betapa serunya tinggal di San Junipero karena saya bebas punya waktu cuma buat baca, nonton, dan menulis, tanpa harus pusing memikirkan besok masih punya duit atau tidak buat makan. 😆




Seru, ya? Saya mau banget deh daftar seandainya teknologinya sudah ada, tetapi pasti mahal banget, ya? 🤔 

Penggemar: Tetapi, Kim, kalau begitu mah apa bedanya dengan kehidupan akhirat yang kamu takuti itu?

Ehm... Bedanya di San Junipero tidak ada neraka. Jadi, sudah pasti yang ke sana bakal senang dan bahagia semua. 😁

Ya sudah, saya cuma mau menulis begini saja demi memenuhi janji saya di sini yang akan membuat tulisan tentang San Junipero secara khusus. Inti tulisan ini cuma mau bilang kalau ada kesempatan saya mau-mau saja tinggal di San Junipero. Hahaha. 

Jadi, kira-kira siapa lagi yang mau daftar ke San Junipero, selain saya?

2 comments

  1. Kalau kehidupan macem San Junipero sih, siapa yang ga mau ya? Saya juga siap untuk antri paling depan, hahaha.

    Hanya saja, kalau hidup abadi dalam arti harfiah, ini masih banyak pertanyaan. Apakah fisik kita kelak menua atau tidak? Kalau menua sih, umur sepanjang apapun tidak akan terasa bahagianya. Lebih terasa seperti hukuman daripada anugerah. (Ini saya abis nonton film Dr. Cha ya)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau di San Junipero tidak akan menua. Namanya juga hidup abadi di mesin komputer.

      Delete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.