Akhirnya Menulis Fiksi Juga

Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels 


Setelah sekian ratus purnama, kemarin akhirnya saya kembali menulis fiksi. Entah saya kesambet apa kok sampai bisa-bisanya saya penuh percaya diri menerbitkan tulisan fiksi di blog. Soalnya menulis fiksi bukanlah kekuatan saya. Apa lagi saya terbiasa menulis nonfiksi di blog ini. Saya menulis fiksi? Enggak salah? 

Setiap kali ada seorang teman menyarankan saya untuk mencoba menulis fiksi, saya selalu menolak. Kita semua tahu untuk menulis fiksi diperlukan imajinasi tinggi dan saya tidak punya itu. Daya imajinasi saya lemah. Saya selalu terbentur di ide. Untuk menulis setiap hari di blog ini saja saya sering bingung mau menulis apa, nah ini saya mau menulis fiksi? Tidak, terima kasih. 

Bukan berarti saya tidak pernah sama sekali menulis fiksi. Pernah kok, dulu di suatu masa saya masih rajin membuka akun lama Facebook saya. Untuk seseorang yang tidak punya bakat dan belajar menulis secara autodidak, ternyata cukup banyak yang menyukai tulisan-tulisan fiksi saya di sana. Sayang, karena suatu alasan saya menghapus akun Facebook saya. Semua tulisan pun hilang, beserta semangat dan kepercayaan diri menulis fiksinya juga ikut hilang.

Namun, kemarin sepertinya keadaan memaksa saya untuk mencoba menulis fiksi. Kemarin saya tidak punya ide mau menulis apa. Otak saya buntu ditambah dengan kondisi jiwa yang sedang penuh sesak membuat menulis rasanya menjadi berat. Untung saya ingat kalau saya masih berutang janji kepada kalian semua untuk menulis setiap hari di sini dan saya masih ingin memenuhi janji saya. Jadi, saya mencoba memproyeksikan perasaan saya ke dalam bentuk tulisan fiksi. Maka, jadilah "Sudah Puas?" dengan Adam sebagai tokoh cerita yang hidupnya tidak tenang karena menyimpan rahasia gelap. 

Saya menulis cerita itu tanpa membuat kerangka tulisan. Apa yang ada di benak langsung saya tuliskan. Mengalir begitu saja. Tanpa melalui proses penyuntingan. Jadi, jangan heran kalau hasilnya begitu mentah. Meski begitu, saya senang. Ternyata saya bisa juga menulis fiksi kalau saya mau.

Lucunya, sesudah saya menerbitkan tulisan fiksi yang sangat singkat itu, saya mencari-cari kelas menulis daring di Google. Sepertinya seru kalau menulis fiksi ini diseriusi. Mana tahu kan nanti novel saya dilirik penerbit besar dan terancam menerima berbagai penghargaan sastra? 

Penggemar: Bangun, Kim! Bangun! Tahu diri dong kamu!

Wakakaka... Iya, iya. Harap maklum sedang euforia. Ini baru satu kali menulis fiksi singkat setelah sekian lamanya langsung mengkhayal ingin menulis novel calon penerima Pulitzer. Bwahahaha. Kocak. 

2 comments

  1. Ayo Kim, bangun.. banyakin nulis fiksinya juga, sapa tau sebulan, setahun, sedekade ke depan, fiksimu jadi sumber duitmu ye kaaan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siaaap... Ini sudah bangun nih. Sudah tahu diri. Hahahaha...

      Iyaaa... Jadi tertarik nih mau nerusin nulis fiksi. Semoga bisa konsisten. Dan semoga bisa jadi sumber duit. Amiiiin...

      Delete

Saya akan senang sekali jika kalian meninggalkan komentar, tetapi jangan anonim ya. Komentar dari anonim—juga komentar yang menggunakan kata-kata kasar, menyinggung SARA, dan spam—akan saya hapus. Terima kasih sebelumnya.